Debu Kini 'Dianggap Gila' - ReferensiBisnis.com

9 Agu 2010

Debu Kini 'Dianggap Gila'

DEBU / thejeo.blogspot.com

JAKARTA - Sudah jadi ritual para musisi yang berkiprah di jalur musik religi, menyambut berkah ramadan dengan musik yang bisa memberikan asupan spiritual dengan bahasa musik yang bisa dicerna semua kalangan.

Seperti halnya grup band Gigi, juga eksistensi Opick dijalur musik ini, Debu tak mau kalah. Grup musik asal New Mexico, Amerika Serikat yang kini sedang berjuang menjadi WNI ini merilis album keempat dengan lagu andalan Dianggap Gila.
Debu masih dengan gaya khas menggunakan aneka alat musik tradisional, misalnya Santur (Iran), Tambur (Turki), Gendok-gendok (Sulawesi Selatan) yang diharmonisasikan dengan biola, bas, flute dan berbagai alat perkusi. Dengan alat musik tersebut tercipta lagu dengan musik yang menyejukkan hati.

Band yang digawangi Mustafa (vokal), Saleem (flute), Daood (drum/perkusi), Naseem (perkusi), Mujahid (bas), Husniah (violin), Shakurah (lead Violin), Achmad (Santoor), Dimas (gitar), Luthfi (perkusi), Ali (perkusi), Zahra (keyboard), dan Nadhira (khanoon) ini punya kisah mengapa mengambil judul Dianggap Gila.

"Ada kisah Nasrudin yang sedang memasak di dapur, tiba-tiba minyak gorengnya tumpah. Saat membersihkan minyak, dia pakai sorban di kepala. Tiba-tiba sorbannya ikut terbakar. Agar api padam, sorbannya diinjak-injak. Istrinya melihat dan bilang, 'Kamu kenapa kok seperti orang gila". Istrinya berkata seperti itu karena tidak melihat prosesnya," cerita Mustafa mengenai inspirasi lagu Dianggap Gila.
Perlu ditegaskan, musik Debu adalah musik spiritual yang universal hingga bisa diterima oleh semua kalangan. "Dalam lagu kita, musik spritual sangat universal, bukan religi, Setiap lagu kita buat karena ingin memberikan kenyamanan spritual kepada yang mendengarkannya," tutur Mustafa saat launching album di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Kelompok Debu yang sudah menetap 10 tahun di Indonesia ini memiliki tembang andalan di album keempat, yaitu Malam Ini, Macan Hutan, dan Shalawat. Kali ini, Debu tak mematok warna musik padang pasir. Mereka berani memasukkan unsur jazz, country, hingga rock seperti di lagu Macan Hutan yang terdengar lebih gahar karena kental dengan warna rock.

"Lagu debu bisa mengobati patah hati, bisa membuat sabar, membuat hati nyaman. Semoga bisa diterima dengan baik," harap Mustafa yang kelompoknya sudah dikenal baik sampai ke Turki dan Iran ini.

okezone.celebrity.com

www.thejeo.blogspot.com

Share with your friends

Silahkan tinggalkan komentar terbaik anda dan mohon untuk tidak memasukkan link di dalam form komentar.

Salam.
Admin

Baja Ringan Semarang